PEKANBARU - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron mengungkapkan, Blok Rokan dulunya merupakan penghasil 40 persen lifting minyak nasional. Namun setelah alih kelola dari PT Chevron serta dinamika yang terjadi dalam pengelolaannya oleh Pertamina Hulu Rokan, produktivitas dari Blok Rokan tinggal 20-25 persen dari target lifting nasional.
“Setelah peralihan, teknologi yang seharusnya diterapkan dan mendapatkan perhatian lebih khusus karena keunikan jenis kandungan minyak yang ada di Blok Rokan. Apalagi pengalihannya ini seperti yang saya katakan sangat politis, karena Chevron juga masih punya minat untuk melanjutkan operasi Blok ini, ” ujar Herman kepada Media di Pekanbaru, Riau, Senin (26/9/2022).
Dari eksplorasi di Blok Rokan, Pertamina sendiri memasang target 160 ribu barel per hari, padahal sebelum alih kelola, produktivitas dari Blok Rokan bisa mencapai 200 ribu barel per hari. Hal inilah menurut Herman harus dikejar oleh Pertamina Hulu Energi sebagai subholding upstream pengelolaan Blok Rokan.
Baca juga:
Proyek Milyaran Gunakan Gas LPG Subsidi 3 Kg
|
“Menjadi tantangan ke depan, pengeborannya harus lebih banyak. Karena di sini sumurnya tidak terlalu dalam, sehingga penggaliannya harus lebih banyak apalagi karakteristiknya berada di sela-sela batuan yang terpisah-pisah. Meskipun potensinya besar, namun terpisah-pisah, sehingga pengeborannya harus lebih banyak, ” tutur Politisi Fraksi Partai Demokrat itu.
Diketahui, Blok Rokan selama ini menjadi tumpuan lifting minyak Indonesia. Meskipun saat produktivitasnya hanya 20-30 persen dari lifting minyak nasional, tetap akan mampu menopang target lifting nasional yang diatas 700 ribu barel per hari.
“Oleh karena itu ini yang saya kira harus menjadi perhatian khusus. Targetnya sekarang adalah 160 ribu barel per hari dan sekitar 500 sumur baru. Kemudian prognosanya di sekitar 430-460 sumur. Ini harus terus didorong oleh negara agar betul-betul dapat meningkatkan lifting minyak nasional, ” pungkasnya. (es/aha)